Popular Posts

Israel Negeri Rasis

Thursday, September 8, 2011

Jakarta (ANTARA News) – “Tak peduli dia Yahudi, Muslim atau Kristen, seorang warga negara mesti menunjukkan kesetiaannya kepada negara. Jika tidak, dia bukanlah warga negara,” kata David Rotem, mantan Wakil Ketua DPR Israel (Knesset) dan orang kepercayaan Avigdor Lieberman, Ketua Partai Yisrael Beitenu (Israel Tanah Air Kita).
Pernyataan ini menyentil orang-orang seperti Rabbi Meyer Hirsh yang berani menemui Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan para anggota parlemen dari puak Arab yang memprotes pembumihangusan Gaza beberapa waktu lalu.

Partai ultra Yahudi ini menghendaki semua warga negara Israel harus mengucapkan sumpah setia kepada panji-panji Yudaisme, menyanyikan lagu kebangsaan Yahudi, dan mengikuti wajib militer. Warga Yahudi ortodoks dan Arab selama ini dikecualikan dari wajib militer.

Tidak seperti Partai Likud, Partai Yisrael Beiteinu memang mendukung solusi dua negara.

“Orang-orang Palestina menginginkan satu negara judenrein (istilah Nazi Jerman untuk negara khusus Yahudi), dan Israel adalah negara 100 persen Yahudi, bangsa lain sama sekali tidak boleh memasukinya,” kata Rotem.

Ironisnya, tiga partai politik Arab di Knesset memiliki pandangan serupa mengenai hal itu, namun dengan nuansa berbeda. Salah satunya Hanin Zoabi, perempuan Arab pertama yang menjadi anggota Knesset mewakili Majelis Demokrasi Nasional (Balad) yang pemimpinnya Azmi Bishara dituduh mengkhianati Israel.

Hanin melihat pendirian politik Lieberman sebagai pintu masuk Arab untuk mendapatkan sesuatu dengan menukarkan sesuatu (quid pro quo).

“Saya (Israel) mundur dari wilayah pendudukan namun saya harus mendapatkan kesetiaan kalian (Palestina). Balasannya, warga Palestina Israel harus diingatkan bahwa mereka tinggal di negara Yahudi yang mesti menerima konsekuensinya,” kata Hanin mengandaikan dia Lieberman.

Sementara, di kantornya di Nazareth, pengacara Tawfiq Abu Ahmed dari Gerakan Arab untuk Pembaruan, menyebut pendirian anti Arab dari warga Yahudi malah menaikkan popularitas gerakan Arab.

Lain halnya dengan Hanna Swaid, Walikota Eilaboun di Provinsi Galilee yang juga anggota partai komunis Arab Hadash. Dia menyebut prakarsa Yisrael Beiteinu hanya akan memperkuat diskriminasi terhadap Arab dan memprovokasi perpecahan.

“Era Lieberman telah ditandai oleh bentrokan-bentrokan, terutama di kota-kota yang populasi penduduknya berimbang,” kata Hanna.

Pandangan ini diamini oleh Hassan Jabareen, Direktur Adalah (semacam LBH untuk hak-hak kaum minoritas Israel) yang menyatakan Israel merasa dihianati dari dalam sehingga terus memprovokasi Arab Israel.

Orang Israel menilai warga Arab telah menggagalkan manuver-manuver Israel seperti memerangi Hizbullah pada 2006 dan Gaza beberapa bulan lalu.

“Tak ada seorang pun yang percaya lagi pada (solusi) dua negara. Konflik pecah di semua front seperti terjadi pada 1948,” kata Jabareen.

Diusir

Agitasi dan celaan menyebar lebih dahsyat dibanding masa-masa sebelumnya. “Mereka (warga Arab Israel) bekerja dari dalam, untuk menghancurkan Negara Israel,” tuduh Lieberman.

Sementara mantan anggota Partai Likud, Moshe Feiglin dengan kasar berkata, “Anda tak bisa mengajari monyet berbicara dan anda tak bisa mengajari orang Arab soal demokrasi.”

Nada-nada permusuhan ini berusaha diredam oleh sejumlah tokoh moderat, diantaranya Presiden Shimon Peres yang menyatakan orang Arab, sebagaimana warga negara Israel lainnya, memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Sayang, kerusakan sudah demikian parah dan kebencian terhadap Arab sudah akut.

Berdasarkan jajak pendapat tahun 2006 dan 2007, 78% orang Yahudi menentang parpol Arab, 75% tidak mau hidup satu gedung dengan orang Arab, 75% percaya orang Arab suka dengan kekerasan, 68% takut meledaknya intifada baru, 64% khawatir bertambahnya penduduk Arab, dan 56% percaya orang Arab tak akan bisa mencapai tingkat kebudayaan seperti dicapai bangsa Yahudi.

Oleh karena itu, 55% orang Yahudi Israel meminta orang Arab diusir, 50% mendukung pengalihan warga Arab ke wilayah non Yahudi dan 42% menyebut Arab tak berhak ikut Pemilu.

Keinginan ini tersalurkan oleh berkuasanya tokoh-tokoh garis keras, terutama Avigdor Lieberman dengan Yisrael Beitenu-nya.

Namun, mengutip Ahmed Oudeh, tukang roti, di Acre, yang paling menakutkan Arab adalah munculnya Lieberman-Lieberman muda yang menciptakan iklim teror di wilayah Israel yang penduduknya banyak orang Arab.

Oktober tahun lalu, di Acre yang berpenduduk 53 ribu dengan 17 ribu diantaranya Arab, ribuan perusuh Yahudi menghancurkan 30 rumah, 84 toko dan 100 kendaraan.

Secara perlahan atau terang-terangan, Israel terus mengintimidasi dan memaksa warga Arab untuk keluar dari Israel, termasuk dengan mengundang warga Yahudi seluruh dunia menetap di Israel.

“Mereka memanfaatkan (kedatangan) orang Yahudi oriental (Asia), dan kini dari Rusia yang ultra relijius,” kata arsitek Buthaina Dabit.

Diperangi

Di beberapa kota Israel lain seperti Jaffa, Israel mengusir warga Arab dengan menaikkan harga sewa apartemen sampai penyewa tidak mampu lagi membayar dan hengkang dari apartemen.

“Beberapa orang menyebut ini dilebih-lebihkan, namun faktanya memang seperti itu. Legitimasi hukum kami ditohok, gangguan dengan kekerasan berulangkali terjadi, kota-kota kami terancam Yahudisasi. Penghancuran Palestina di Gaza terjadi juga pada kami,” kata Aida Touma-Sliman, Direktur Perempuan Anti Kekerasan.

Bahkan di Nazareth yang berpenduduk mayoritas Arab dan relatif damai, ancaman ultra kanan pimpinan Avigdor Lieberman sangat mengusik kota itu. “Pidato-pidato Lieberman layaknya sebuah seruan untuk memerangi kami,” kata Touma-Sliman.

Akibatnya, orang-orang Arab beralih dukungan dari semula memilih partai-partai zionis menjadi mencoblos partai-partai Arab. Kini hanya 12 persen orang Arab yang memilih partai-partai Yahudi, padahal tiga tahun lalu angkanya mencapai 30 persen.

Israel pun menjadi negara rasis yang dari hari ke hari semakin ingin membangun Israel sebagai satu negara yang hanya diperuntukan bagi orang Yahudi, sementara orang-orang Arab kian diasingkan dan dipreteli haknya.

Birokrat-birokrat Arab seperti Wakil Walikota Acre, Adham Jamal, tak dilimpahi wewenang apapun, sampai-sampai menyediakan perumahan layak untuk warga Arab pun tak mampu dilakukannya.

Warga Arab pun menjadi khawatir, apakah solusi konflik Palestina-Israel itu mesti ditutup dengan solusi satu negara dua kebangsaan, atau dua negara terpisah.

“Jika sembilan dari tiap sepuluh orang Yahudi ingin negaranya sendiri, maka hal sama terjadi pada dua dari setiap tiga orang Palestina di wilayah-wilayah pendudukan. Dalam solusi dua negara, apa yang terjadi pada wilayah-wilayah pendudukan? Siapa yang akan menjamin hak-hak kami?” tanya Aida Touma-Sliman. 
Read Post | comments

Peran Rahasia Assassins Dalam Perang Salib


Penulisan sejarah tentang Perang Salib sampai hari ini masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Salah satunya tentang peranan kaum Hashyashyin, sebuah sekte (ordo) khusus pembunuh dari kelompok Ismailiyah-Qaramithah, salah satu cabang dari kelompok Syiah di bawah Dinasti Fathimiyah.
Konon, Hashyashyin ini merupakan "guru" dari Knights Templar yang dibentuk oleh Ordo Sion di tahun 1118 Masehi. Keduanya-Hashyashyin maupun Templar-memiliki banyak kemiripan. Mulai dari struktur organisasi, pembangkangan terhadap agama (bid'ah) dan bahkan dianggap agnostik (tidak meyakini agama apapun kecuali doktrin pemimpinnya), kepandaiannya dalam berperang, membunuh, serta keterampilan dalam hal pengunaan racun, serta adanya ritual-ritual khusus yang penuh dengan warna mistis-paganistik. Bahkan banyak penulis sejarawan modern menganggap Sekte Syiah Qaramithah-asal muasal gerakan Assassins-sebagai kelompok Bolsyewisme-Islam atau cenderung komunistis. Pendiri sekte ini bernama Hamdan al-Qarmath, seorang Irak yang gemar pada ilmu-ilmu perbintangan dan kebatinan, mirip dengan pengikut Kabbalah (Hitti, History of the Arabs: From the Earliest Times to the Present, 2002).

Templar sendiri sesungguhnya pengikut Kabbalah, walau mereka mengaku sebagai pemeluk Kristen pada awalnya.
Sebab itu, banyak sejarawan Barat yang menuding di antara kedua sekte khusus pencabut nyawa ini sesungguhnya terjalin satu kerjasama dalam bentuk yang tersembunyi. Salah satu yang memunculkan dugaan ini adalah Prof. Carole Hillenbrand, Guu Besar Studi Islam dan Bahasa Arab University Edinburgh, Skotlandia. Skotlandia sendiri dikenal sebagai wilayah basis dari Freemasonry yang lahir di darah ini selepas penumpasan Templar oleh Raja Perancis, King Philipe le Bel, yang dibantu Paus Clement V di tahun 1307 M.

Profesor Hillenbrand dalam bukunya "The Crusade, Islamic Perspective" (1999) menulis bahwa setahun sebelum pasukan salib gelombang pertama yang dikomandani Godfroi de Bouillon tiba di pintu Yerusalem di tahun 1099 dan merebutnya, Yerusalem diserang oleh pasukan dari Dinasti Fathimiyah-Syiah yang berpusat di Mesir dan merebutnya dari tangan kekuasaan Dinasti Abbasiyyah yang beraliran Sunni.
Jadi, ketika pasukannya Godfroi tiba di pintu kota Yerusalem, kota suci itu sebenarnya telah berada di bawah kekuasaan Bani Fathimiyah.
Atas kejadian ini, Hillebrand mempertanyakan tidak adanya catatan khusus dari para sejarawan Muslim. "Serangan tiba-tiba yang dilakukan al-Afdhal (Wazir dari Dinasti Fathimiyah Mesir) ke Yerusalem, dengan waktu yang amat tepat, memerlukan penjelasan yang belum diberikan para sarjana Islam. Mengapa al-Afdhal melakukan serangan ini? Apakah karena ia telah tahu lebih dulu soal rencana para Tentara Salib? Bila demikian, apakah ia merebut Yerusalem untuk kepentingan Tentara Salib, yang sebelumnya telah menjalin aliansi dengannya?" tulis Hillebrand.

Salah satu hipotesis yang dikemukakan peraih The King Faisal International Prize for Islamic Studies ini adalah, bahwa pasukannya al-Afdhal telah dikhianati oleh Godfroi de Bouillon, karena sesungguhnya Kaisar Byzantium-Kristen Timur yang bertentangan secara ideologi dengan Kristen Barat yang mengirimkan Tentara Salib-telah memberitahu al-Afdhal bahwa pasukan Salib Kristen Barat akan segera tiba di Yerusalem. Pemberitahuan ini diberikan Kaisar Byzantium tidak lama berselang setelah Konsili Clermont usai.

Bisa jadi, demikian Hillebrand, al-Afdhal menginvasi Yerusalem agar Godfroi menahan pasukannya dan bisa berbagi kekuasaan, karena al-Afdhal mengira Tentara Salib atau ‘Bangsa Frank' menurut Hillenbrand bisa dijadikan sekutu yang baik menghadapi Muslim Sunni.

Namun yang terjadi tidak demikian. "Tentara Salib hendak menguasai Yerusalem untuk dirinya sendiri, " tulisnya. Lantas di mana peranan Assassins dalam hal ini?

Peran Tersembunyi Assassins
Menjelang Perang Salib pertama, dunia Barat dan Timur masing-masing mengalami perpecahan (schisma) yang hebat. Dunia Barat setidaknya menjadi dua kekuatan besar: Kristen Timur yang berpusat di Byzantium dan Kristen Barat yang berpusat di Roma. Secara diam-diam, Sekte Gereja Yohanit yang sesungguhnya agnostik-paganistik menyusup ke Vatikan dan menyusun kekuatannya.

Di sisi lain Dunia Islam juga terbagi menjadi dua kekuatan besar yang juga saling memusuhi yakni Kekhalifahan Abbasiyah yang sunni dan Kekhalifahan Fathimiyah yang syiah yang berpusat di Mesir.
Carole Hillenbrand menulis, "Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, sejak 1092 M, terjadi rentetan pembersihan semua pemimpin politik terkemuka Dunia Islam dari Mesir hingga ke timur. Tahun 1092, seorang menteri terkemuka Dinasti Seljuk sunni bernama Nizam al-Mulk terbunuh (belakangan diketahui Assassins-lah yang melakukan itu). "

Tiga bulan kemudian, Sultan Maliksyah, sultan ketiga Seljuk yang telah berkuasa dengan gemilang selama duapuluh tahun juga meninggal dengan sebab-sebab yang mencurigakan. Kuat dugaan ia juga telah diracun Assassins. Tak lama kemudian, permaisuri dan cucu-cucunya pun meninggal dengan cara yang tak lazim. Para sejarawan Islam memandang tahun 1092 M sebagai "Tahun Kematian".

Apalagi dengan peristiwa meninggalnya Khalifah Fathimiyah Syiah di Mesir, al-Muntanshir, musuh besar Seljuk, yang juga terjadi pada tahun itu. Dua tahun kemudian, 1094, Khalifah Abbasiyah alMuqtadhi juga meninggal.

Rentetan perubahan yang berjalan amat cepat ini oleh Hillenbrand disamakan dengan terjadinya Perestroika di Uni Soviet yang mengakibatkan kehancuran dan perpecahan. Berbagai sekte dan negara kecil-kecil memisahkan diri dan menjadi kekuatannya masing-masing. Dunia Islam menjelang Konsili Clermont di tahun 1096 sudah berubah menjadi dunia yang penuh kekacauan dan anarki.

Hillenbrand mengajukan pertanyaan: "Momentum ini bagi pasukan Salib sungguh menguntungkan. Apakah saat itu pasukan Salib telah diberitahu bahwa saat itu merupakan momentum yang sangat bagus untuk menyerang Yerusalem?"

Jika di balik, pertanyaan Hillenbrand sebenarnya bisa lebih menukik, seperti: "Adakah kekacauan di Dunia Islam ini telah diatur? Assassins bertugas menimbulkan perpecahan di kalangan Islam dengan melakukan serangkaian pembunuhan di berbagai dinasti Islam yang kuat, dan di lain sisi Ordo Yohanit (Peter The Hermit dan Godfroi de Bouillon sebagai dua tokohnya) di saat yang sama menyusup ke Vatikan dan memprovokasi Paus agar mengobarkan Perang Salib untuk merebut Yerusalem.

Apalagi sejarah mencatat bahwa hanya setahun sebelum pasukan Salib tiba di depan gerbang Yerusalem, kota suci itu telah jatuh ke tangan Dinasti Fathimiyah. Adakah ini merupakan persekongkolan antara Assassins dengan Ordo Yohanit di mana keduanya memang diketahui cenderung kepada ilmu-ilmu ramalan, perbintangan, sihir, dan sebagainya yang menjurus pada ajaran Kabbalah.

Dengan kata lain, adalah semua kejadian besar itu merupakan hasil konspirasi yang dilakukan Ordo Kabbalah dengan pembagian kerja: Assassins bekerja di Dunia Islam, sedangkan Yohanit (Ordo Sion dan kemudian Templar) bekerja di Dunia Kristen?
Bukan rahasia umum lagi bila Assassins dan Templar di kemudian hari benar-benar melakukan kerjasama. Templar sering mengorder Assassins untuk membunuh musuh-musuh politiknya. Salah satu korban dari Assassins adalah Richard The Lion Heart. Salahuddin al-Ayyubi sendiri pernah menerima terror dari Assassins.

Suatu pagi, Salahuddin terbangun dari tidur di dalam tendanya dan menemukan sepotong kue yang telah diracun di atas dadanya dengan tulisan, "Anda berada dalam kekuasaan kami. " Sejak itu Salahudin makin yakin bahwa dia tidak bisa meremehkan Assassins. Dan hal ini terbukti kemudian, setelah membebaskan Yerusalem, Salahudin terus melakukan pembebasan hingga ke Benteng Alamut, markas besar Assassins di Persia, sebelum akhirnya ke Mesir untuk melakukan pembersihan terhadap sekte Syiah.

Di tulisan kedua akan diulas tentang siapa sebenarnya Assassins ini. Kesaksian Macopolo, pelaut legendaris dari Venesia yang pernah berkunjung ke Benteng Alamut di tahun 1271-1272, menjadi salah satu catatan berharga dalam hal ini. (1)

Sebutan Hashyashyin atau dalam lidah orang Barat "Assassins" berasal dari catatan Marcopolo. Pelaut ternama dari Venesia ini pada tahun 1271-1272 melintasi daerah Alamut, sebuah benteng besar di atas karang yang sangat kuat dan memiliki taman yang sangat indah di dalamnya, di wilayah Persia.
Dalam catatannya tentang Benteng Alamut dan aktivitas sekte Syiah pimpinan Hasan al-Sabbah, yang diistilahkan oleh Marcopolo sebagai kaum Assassins, pelaut Italia ini menulis:
"...Beberapa pemuda yang berumur duabelas hingga duapuluh tahun yang memiliki semangat tarung yang tinggi, dibawa masuk ke dalam taman yang berada di tengah-tengah benteng. Mereka dibawa masuk bergiliran, sekitar empat, enam, atau sepuluh pemuda. Sebelumnya, mereka disuguhi minuman keras dan candu yang membuat mereka mabuk berat atu tertidur pulas. Baru setelah itu mereka diangkat dan dipindahkan ke dalam taman.
Ketika bangun, para pemuda itu mendaati dirinya berada di tengah taman yang sangat indah. Mereka dikelilingi para gadis-gadis perawan yang mengenakan pakaian sungguh menggoda. Para gadis itu menghibur, merayu, dan melayani keinginan para pemuda tersebut. Mereka sungguh-sungguh dimanjakan.

Para pemuda itu menyangka mereka sedang berada di surga. Sehingga ketika Hasan al-Sabbah sebagai pimpinan tertinggi Hashyashyin memberi tugas atau perintah kepada mereka maka mereka akan dengan senang hati akan melaksanakannya.

"Surga" yang sangat indah telah menantikan para pemuda tersebut jika tugasnya selesai. "Saat kau kembali, bidadari-bidadariku akan membawamu ke surga. Dan jika pun kau mati, kau pun akan pergi juga ke surga, " ujarnya.

Penggunaan candu atau Hashyishy inilah yang oleh Marcopolo, kelompok ini disebut kaum Hashyashyin.

Old Man of the Mountain

Freya Stark, seorang wartawati Inggris berdarah campuran Perancis-Italia, ketika menjabat sebagai Staf Redaksi Bagdad Times di Bagdad, Irak, banyak melakukan perjalanan jurnalistiknya. Perempuan yang menguasai bahasa Arab dan Parsi ini atas izin Shah Iran di tahun 1930-1931 mengunjungi sisa-sisa Benteng Alamut di Persia. Stark merupakan perempuan asing pertama yang menjejakkan kakinya di wilayah bekas pusat kekuasaan kaum Assassins ini.

Stark membuat peta baru yang terperinci atas wilayah tersebut dan catatan perjalanannya menjadi sebuah buku yang sangat menarik berjudul "The Valley of the Assassins".

Dalam bukunya, Stark menulis tentang latar belakang dan perkembangan kelompok Assassins. Stark berpedoman kepada literatur-literatur tertua dalam Dunia Islam.

"Assassins itu sebuah sekte Parsi. Cabang dari aliran Syiah Ismailiyah, yang memuliakan Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad, beserta Imam-Imam turunan dari garis Ali, " demikian Stark (hal. 159).

Aliran Ismailiyah memisahkan diri dari aliran-aliran lainnya sepeninggal Imam ke-7, Imam Jafar al-Shadiq. Walau mengaku sebagai Syiah dan pengikut Ali, namun berlainan dengan aliran lainnya, maka Assassins tidak mewajibkan shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Pandangan ‘keagamaan' Assassins juga unik karena lebih condong kepada Komune (pada abad ke-20 dikenal sebagai paham Komunisme)-penyamarataan sosial. Bahkan di dalam beberapa ritual religinya, Assassins juga melakukan ritus-ritus yang kerap ditemukan pada pengikut paganisme-Kabalis. Seperti halnya ritus di dalam Taman Alamut yang nyaris serupa dengan ritus pesta seks Caligula atau Nero di zaman Romawi.

Tulisan Stark yang dikutip oleh Joesoef Sou'yb dalam ‘Sejarah Daulat Abasiah' Jilid III (Bulan Bintang, 1978) menyatakan, "Kelompok Assassins dipimpin oleh sebuah keluarga Persia yang kaya raya namun gila perang. Mereka itu menyerahkan hidupnya untuk merongrong dan menghancurkan secara berangsur-angsur terhadap segala jenis keimanan Islam dengan suatu sistem pentahbisan (inisiasi) secara halus dan pelan-pelan, melalui beberapa tahap (marhalah), menusukkan kesangsian-kesangsian terhadap agama Islam, hingga kemudian si anggota menjadi seseorang yang mendewa-dewakan pemikiran bebas dan bersikap bebas pula (liberal). " (hal. 61)

Paparan Stark di atas merupakan alat utama pengrusakkan agama-agama samawi yang dilakukan oleh kaum Kabbalis. Seperti yang telah diulas dalam banyak sekali literatur, ketiga agama samawi yang dirusak oleh kaum Kabbalah ini adalah Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Ke dalam agama Yahudi yang sesungguhnya memiliki Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a. S., kaum Kabbalah ini menyisipkan ayat-ayat palsu sehingga Taurat menjadi rancu dan berantakan. Lantas kaum Kabbalah ini membuat satu kitab yang dikatakan sebagai ‘titah Tuhan kepada Nabi Musa yang tidak tercatat' (seperti halnya Hadits Qudsi di dalam agama Islam, hanya saja Hadist Qudsi merupakan sesuatu yang benar berasal dari Allah SWT), yang disebutnya sebagai Kitab Talmud. Kitab Talmud ini pun akhirnya menjadi ‘lebih suci dan tinggi' ketimbang Taurat, sehingga kaum Yahudi ini menjadi kaum yang dimurkai Allah SWT.

Ke dalam agama Nasrani, kaum Kabbalah memasukkan seorang Yahudi-Talmudian bernama Paulus dari Tarsus. Paulus ini yang tidak pernah bertemu dengan Yesus karena zaman kehidupannya jauh berbeda, membuat Kitab Perjanjian Baru, yang disebutkan sebagai penggenapan Bibel Perjanjian Lama (Taurat). Ke dalam Perjanjian Lama pun-seperti halnya Taurat Musa-disisipkan ayat-ayat palsu sehingga mustahil untuk kita menemukan mana yang asli dan mana yang tidak.

Lalu ke dalam agama Islam, kaum Kabbalah ini memasukkan seorang Yahudi juga yang berpura-pura sebagai orang Islam bernama Abdullah bin Saba. Abdullah bin Saba inilah yang memecah umat Islam ke dalam dua kutub besar yakni Sunni dan Syiah, sesuatu yang tidak ada saat Rasulullah SAW masih hidup.

Sesuatu yang bukan kebetulan, ujar Stark, bahwa keluarga Persia tersebut memusatkan aktivitasnya di Mesir atas nama Dinasti Fathimiyah. Mesir sejak zaman purba merupakan salah satu pusat berkembangnya ajaran Kabbalah.

Salah satu tonggak Kabbalah di Mesir Kuno adalah di masa kekuasaan para Firaun, yang berkuasa ditopang oleh "Dua Kaki" yakni Militer dan Penyihir. Di masa Nabi Musa as., para penyihir ini sebagian ada yang meninggalkan ajaran Kabbalah dan kembali ke Islam. Namun Dewan Penyihir Tertinggi (Majelis Ordo Kabbalah) tetap memusuhi Nabi Musa a. S dan menyusupkan seorang anggotanya ke dalam umatnya Nabi Musa untuk memalingkan kaumnya dari ketauhidan. Al-Qur'an mencatat orang yang disusupkan itu bernama Samiri.

Di Mesir, cikal bakal Assassins ini menyusup ke semua lini dan menguasai posisi-posisi penting. Salah seorang dai Ismailiyah yang berasal dari kota Rayy di Persia bernama Hassan al-Sabbah muncul sebagai tokoh di Mesir. Hassan al-Sabbah inilah yang kemudian mendirikan sekte Assassins dan memegang jabatan sebagai Pemimpin Agung yang pertama dari kelompok tersebut (The First Grandmaster of the Assassins).

Kharisma dan kebrutalan Hassan al-Sabbah menjadikannya dai yang amat disegani. Ia kemudian menciptakan ideologi bagi kelompoknya sendiri, melaksanakan pelatihan-pelatihan militerisme dan intelijen secara sembunyi-sembunyi, dan sebagainya.

"Ia menciptakan suatu penemuannya sendiri, membawa ide baru ke dalam dunia politik pada masanya itu. Prinsip pembunuhan yang cuma karena haus darah telah dikembangkannya menjadi satu alat politik berasaskan sumpah, " tulis Sou'yb. Dan tentu saja, proyek-proyek pembunuhan diam-diam terhadap lawan-lawan politik pihak yang memesannya telah menjadi ladang usaha yang sangat menguntungkan. Assassins pun menangguk keuntungan material yang sangat besar dari usahanya.

The Secret Garden atau Taman Rahasia yang terletak di tengah Benteng Alamut di Persia, merupakan tempat inisiasi para anggota baru yang kisahnya telah dipaparkan di atas. Ritual yang dilakukan Assassins di Taman Rahasia tersebut mirip dengan yang dilakukan para Templar di Rosslyn Chapel atau di kuil-kuil mereka, yakni berakhir dengan pesta seks yang disebutnya sebagai penyatuan suci menuju Tuhan.
Read Post | comments

10 (Sepuluh) Kriteria Aliran Sesat

1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar'i (Alquran dan as-sunah),
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah 
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i
Read Post | comments

Legenda Kraken - Sang Penguasa Lautan

Mungkin tidak ada monster legendaris yang lebih mengerikan dibandingkan dengan Kraken, penguasa lautan yang membuat para pelaut bergidik ketakutan. Apa yang menarik dari legenda Kraken adalah adanya kemungkinan kalau legenda ini mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang nyata.

Kraken adalah seekor monster yang digambarkan sebagai makhluk raksasa yang berdiam di lautan wilayah Islandia dan Norwegia. Makhluk ini disebut sering menyerang kapal yang lewat dengan cara menggulungnya dengan tentakel raksasanya dan menariknya ke bawah.

Kata Kraken sendiri berasal dari Kata "Krake" dari bahasa Skandinavia yang artinya merujuk kepada hewan yang tidak sehat atau sesuatu yang aneh. Kata ini masih digunakan di dalam bahasa jerman modern untuk merujuk kepada Gurita.

Begitu populernya makhluk ini sampai-sampai ia sering disinggung di dalam film-film populer seperti Pirates of the Caribbean atau Clash of The Titans. Jika ada makhluk raksasa penguasa lautan, maka Krakenlah namanya.

Karakter Kraken
Kita mungkin mengira Kraken hanyalah sebuah bagian dari dongeng, namun sebenarnya tidak demikian. Sebutan Kraken pertama kali muncul dalam buku Systema Naturae yang ditulis Carolus Linnaeus pada tahun 1735.

Mr. Linnaeus adalah orang yang pertama kali mengklasifikasi makhluk hidup ke dalam golongan-golongannya. Dalam bukunya itu, ia mengklasifikasikan Kraken ke dalam golongan Chepalopoda dengan nama latin Microcosmus. Jadi, boleh dibilang kalau Kraken memiliki tempat di dalam sains modern.

Erik Ludvigsen Pontopiddan, Uskup Bergen yang juga seorang naturalis, pernah menulis di dalam bukunya Natural History of Norway yang terbit tahun 1752 kalau Kraken "tidak bisa disangkal, adalah monster laut terbesar yang pernah dikenal".

Menurut Pontopiddan, Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau yang terapung dan memiliki tentakel seperti bintang laut. Ia juga menyebutkan kalau makhluk ini bisa menggulung kapal yang lewat dengan tentakelnya dan menariknya ke dasar lautan. Namun, menurut Pontopiddan, bahaya terutama dari Kraken adalah riak air yang dashyat ketika ia menyelam ke dalam laut. Riak itu bisa menenggelamkan kapal yang ada di dekatnya.

Menariknya, selain menggambarkan Kraken sebagai makhluk yang berbahaya, Pontopiddan juga menulis mengenai sisi lain dari makhluk misterius ini. Ia menyebutkan kalau ikan-ikan di laut suka berada di dekat Kraken. Karena itu juga, para nelayan Norwegia yang mengetahui hal ini suka mengambil risiko untuk menangkap ikan dengan membawa kapalnya hingga berada tepat di atas Kraken.

Jika mereka pulang dengan membawa hasil tangkapan yang banyak, para penduduk desa tahu kalau para nelayan tersebut pastilah telah menangkap ikan tepat di atas Kraken.

Sejak lama, makhluk ini hanya dianggap sebagai bagian dari Mitologi kuno yang setara dengan sebuah dongeng. Namun ketika sisa-sisa bangkai monster ini terdampar di pantai Albaek, Denmark, Pada tahun 1853, para ilmuwan mulai menyadari kalau legenda mengenai Kraken mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang nyata, yaitu cumi-cumi raksasa (Giant Squid), cumi-cumi kolosal (Colossal Squid) atau Gurita raksasa (Giant Octopus).

Seberapa besarkan seekor cumi atau gurita bisa bertumbuh?

Benarkan mereka bisa menyerang sebuah kapal besar seperti yang digambarkan di film-film?

Penampakan Signifikan
Pada tahun 1801, Pierre Denys de Montfort yang menyelidiki subjek mengenai Kraken menemukan kalau di Kapel St.Thomas di St.Malo, Brittany, Perancis, ada sebuah lukisan yang menggambarkan seekor gurita raksasa sedang menyerang sebuah kapal dengan cara menggulungnya dengan tentakelnya. Insiden yang tergambar dalam lukisan tersebut ternyata berdasarkan pada peristiwa nyata.

Dikisahkan kalau kapal tersebut adalah kapal Norwegia yang sedang berada di lepas pantai Angola. Ketika mendapatkan serangan tak terduga tersebut, para pelaut di atas kapal lalu membuat sebuah kaul untuk St.Thomas yaitu jika mereka dapat terlepas dari bahaya ini, mereka akan melakukan perjalanan ziarah.

Para awak kapal kemudian mengambil kapak dan mulai melawan monster itu dengan memotong tentakel-tentakelnya. Monster itupun pergi. Sebagai pemenuhan atas kaul itu, para awak kemudian mengunjungi Kapel St.Thomas di Britanny dan menggantung lukisan itu sebagai ilustrasi atas peristiwa yang menimpa mereka.

Sayangnya, peristiwa yang menimpa para pelaut itu tidak diketahui persis tahun terjadinya. Namun, paling tidak, penyerangan monster raksasa terhadap sebuah kapal tidak bisa dibilang sebagai mitos semata.

Selain kisah lukisan di Kapel St.Thomas, Mr.Monfort juga menceritakan perjumpaan lain dengan makhluk serupa cumi atau gurita raksasa yang dialami oleh kapten Jean-Magnus Dens dari Denmark yang bertemu dengan makhluk itu juga di lepas pantai Angola. Makhluk raksasa itu menyerang kapal mereka dan bahkan berhasil membunuh tiga awaknya.

Para awak kapal yang lain tidak tinggal diam dan segera mengambil meriam dan menembakkannya ke monster itu berulang-ulang hingga ia menghilang ke dalam lautan.

Kapten Dens memperkirakan monster itu memiliki panjang 11 meter.

Kisah lain terjadi pada tanggal 30 November 1861. Ketika sedang berlayar di kepulauan Canary, para awak kapal Perancis, Alencton, menyaksikan seekor monster laut raksasa berenang tidak jauh dari kapal. Para pelaut segera menyiapkan peluru dan mortir yang kemudian ditembakkannya ke arah monster itu.

Monster yang ketakutan dengan segera berenang menjauh. Namun, kapal Alencton segera diarahkan untuk mengejarnya. Ketika mereka berhasil mendekatinya, garpu-garpu besi segera dihujamkan ke tubuh monster itu dan jaring segera dilemparkan. Ketika para awak mengangkat jaring itu, tubuh monster itu patah dan hancur yang kemudian segera jatuh ke dalam air dengan menyisakan hanya sebagian dari tentakelnya.

Ketika kapal itu mendarat dan tentakel itu diperlihatkan kepada komunitas ilmuwan, mereka sepakat kalau para awak kapal mungkin telah menyaksikan seekor cumi raksasa dengan panjang sekitar 8 meter.

Pada bulan Oktober 1873, seorang nelayan bernama Theophile Piccot dan anaknya berhasil menemukan tentakel cumi raksasa di Newfoundland. Setelah diukur, para peneliti menyimpulkan kalau hewan itu kemungkinan memiliki panjang hingga 11 meter.

Pada tahun 1924, Frank T.Bullen menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Cruise of the Chacalot. Dalam buku ini, Bullen menceritakan sebuah kisah luar biasa yang disebut terjadi pada tahun 1875. Kisah ini membuat Kraken mendapatkan musuh abadinya, yaitu Paus Penyembur (Sperm Whale).

Menurut Bullen, pada tahun 1875 ia sedang berada di sebuah kapal yang sedang berlayar di selat Malaka. Ketika malam bulan purnama, ia melihat ada sebuah riakan besar di air.

"Ada gerakan besar di dalam laut saat purnama. Aku meraih teropong malam yang selalu siap di gantungannya. Aku melihat seekor paus penyembur besar sedang terlibat perang hebat dengan seekor cumi-cumi yang memiliki tubuh hampir sebesar paus itu. Kepala paus itu terlihat lincah seperti tangan saja layaknya. Paus itu terlihat sedang menggigit tentakel cumi itu dengan sistematis. Di samping kepalanya yang hitam, juga terlihat kepala cumi yang besar. Mengerikan, aku tidak pernah membayangkan ada cumi dengan kepala sebesar itu."
Mendengar kesaksian Bullen, kita mungkin tergoda untuk mengatakan kalau ia membesar-besarkan atau mungkin mengarangnya saja. Namun, pada Oktober 2009, komunitas ilmuwan menyadari kalau kisah yang diceritakan Bullen mungkin memang bukan sekedar cerita fiksi. Cumi raksasa memang bermusuhan dengan Paus Penyembur.

Di wilayah perairan di pulau Bonin di Jepang, para peneliti kelautan berhasil mendapatkan foto-foto langka yang memperlihatkan seekor paus penyembur sedang menyantap seekor cumi raksasa yang diperkirakan memiliki panjang 9 meter.




Dendam lama tidak pernah berakhir.

Giant Squid, Colossal Squid dan Giant Octopus
Sekarang, mari kita sedikit mengenal lebih jauh tiga teman raksasa kita yang mungkin telah memicu legenda Kraken. Saya akan mulai dari Giant Squid atau Cumi raksasa.

Giant Squid atau Cumi-cumi raksasa
Giant Squid atau cumi-cumi raksasa yang berasal dari genus Architeuthis ini memiliki 8 spesies dan diketahui bisa memiliki panjang hingga 13 meter bagi yang betina dan 10 meter untuk yang jantan. Ukuran ini dihitung dari sirip caudal hingga ujung tentakelnya. Namun, ukuran cumi ini bisa jadi lebih besar daripada yang diperkirakan.

Pada tahun 1880, potongan tentakel ditemukan di Selandia Baru dan diperkirakan merupakan milik dari cumi raksasa yang memiliki panjang 18 meter. Ukuran yang sangat luar biasa!

Ide kalau seekor cumi raksasa bisa menenggelamkan sebuah kapal mungkin terdengar mengada-ngada pada zaman ini. Namun, pada abad pertengahan, ukuran kapal tidak sebesar yang kita miliki sekarang. Contohnya, kapal Columbus yang bernama Pinta hanya memiliki panjang 18 meter. Sebuah cumi sepanjang 10-15 meter sudah bisa dipastikan dapat menyerang dan menenggelamkan kapal ini dengan mudah.




Perilaku giant Squid ini hampir tidak pernah dikenal sebelumnya hingga pada tahun 2004 ketika para ilmuwan Jepang berhasil mendapatkan 556 foto makhluk ini dalam keadaan hidup. Cumi-cumi tersebut terperangkap dalam sebuah jebakan yang dibuat. Ketika ia berhasil lolos, salah satu tentakelnya yang memiliki panjang 5,5 meter putus. Dari panjang ini, para ilmuwan tersebut memperkirakan kalau makhluk itu memiliki panjang 8 meter.

Colossal Squid atau Cumi Kolosal
Apabila kita mengira Cumi raksasa sudah memiliki ukuran yang luar biasa, maka, perkenalkan makhluk yang satu ini, Colossal Squid atau Cumi kolosal.

Makhluk ini memiliki nama latin Mesonychoteuthis hamiltoni dan para ilmuwan percaya kalau makhluk ini bisa bertumbuh hingga paling tidak memiliki panjang 14 meter. Ini membuatnya menjadi hewan invertebrata terpanjang di dunia. Walaupun demikian, para ilmuwan tidak bisa memastikan hingga seberapa panjang hewan ini bisa bertumbuh.

Mengenai Colossal Squid, Dr.Steve O'Shea, ahli cumi dari Auckland University berkata:

"Sekarang kita tahu kalau makhluk ini memiliki ukuran yang lebih besar dibanding Giant Squid. Giant Squid bukan lagi cumi terbesar di luar sana. Sekarang kita memiliki sesuatu yang lebih besar. Bahkan bukan cuma sekedar besar, tetapi benar-benar jauh lebih besar."

Colossal Squid di foto di atas ditangkap di Laut Ross dan memiliki panjang mantel 2,5 meter. Ukuran ini termasuk luar biasa karena Giant Squid terbesar yang diketahui hanya memiliki panjang mantel 2,25 meter. Lagipula, Colossal Squid di atas dipercaya masih dapat bertambah panjang hingga mencapai ukuran yang jauh lebih besar.

Jika ada Kraken di luar sana, maka bisa dipastikan kalau Colossal Squid adalah tersangka paling utamanya.

Lalu, apa bedanya Giant Squid dan Colossal Squid?

Giant Squid hanya memiliki tentakel yang memiliki lubang penghisap dan gigi-gigi kecil, sedangkan Colossal Squid memiliki tentakel yang juga dilengkapi dengan kait yang tajam. Beberapa kait bahkan memiliki 3 ujung.

Selain dua jenis Cumi-cumi di atas, makhluk yang satu ini juga memiliki tentakel dan bisa bertumbuh dalam ukuran yang luar biasa, yaitu Giant Octopus.

Giant Octopus atau Gurita Raksasa
Giant Octopus atau gurita raksasa bisa bertumbuh hingga memiliki panjang 9 meter. Panjang ini cukup membuatnya menjadi monster yang ditakuti oleh para pelaut. Makhluk inilah yang dipercaya Monfort sebagai monster yang menyerang para pelaut Norwegia di lepas pantai Angola yang lukisannya tergantung di Kapel St.Thomas.

Bangkai ini terdampar di pantai St.Augustine, Florida tahun 1896. Dipercaya sebagai Giant Octopus




Pada masa kini, teori mengenai Cumi atau Gurita raksasa dianggap sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai legenda Kraken.

Jika kita beranggapan kalau legenda Eropa yang mengatakan kalau Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau sebagai "membesar-besarkan", maka mungkin misteri Kraken memang sudah terpecahkan.
Read Post | comments

Kontroversi Seputar Kain Kafan Yesus

Kain yang diyakini kafan Yesus mungkin merupakan artefak keagamaan paling kontroversial di dunia.
Kain yang memiliki sebutan Kain Kafan dari Turin yang dipercaya membungkus jenazah Yesus setelah wafat di kayu salib mencetak wajah Sang Juru Selamat.

Tercetaknya wajah Yesus, yang kemudian menjadi acuan berbagai lukisan atau patung Yesus itu memicu debat soal keasliannya. Dan setelah kembali dipamerkan untuk pertama kalinya dalam 10 tahun, perdebatan itu tampaknya tengah menuju ke hasil akhir.

Berbagai referensi sejarah soal kain kafan Yesus sudah tersedia, namun satu-satunya catatan yang paling bisa diandalkan adalah yang tersimpan di Katedral Turin sejak abad ke-16.

Kain berpola kerangka berukuran 1,21m x 4,42m itu berlumuran bercak darah manusia dan tampak jelas menunjukkan sosok seseorang yang baru saja menjalani hukuman penyaliban.

Gambaran yang paling terkenal yaitu sosok wajah Yesus lengkap dengan janggut tebalnya memang tak bisa dengan mudah dilihat mata telanjang. Gambaran wajah itu baru terlihat pada akhir abad ke-19 dalam sebuah foto yang diambil oleh seorang fotografer amatir.

Pada tahun 1988 kain itu tak lagi bisa dilihat dengan bebas. Para ahli penanggalan karbon dari Universitas Oxford, Zurich dan Arizona saat itu "membuktikan" kain kafan itu adalah buatan abad ke-14 sehingga wajah yang tercetak di atasnya bukan wajah Yesus.

Kini, banyak kalangan yang mempertanyakan proses penelitian dan menganggap proses penelitian kurang akurat.

Seorang sejarawan yang telah banyak menulis buku seputar masalah ini, Ian Wilson yakin kain kafan Turin itu memang kain yang membungkus jenazah Yesus. Apa yang mendasari keyakinan Wilson itu?

"Sampel yang diambil untuk penelitian tahun 1988 itu diambil dari tempat yang tidak seharusnya, yaitu pojok kiri atas," kata Wilson.

"Sebab, sebelum tahun 1840 satu-satunya cara memamerkan kain itu adalah kain itu direntangkan dan dipegang oleh sedikitnya tiga orang uskup sehingga sangt mungkin ujung kain itu sudah terkontaminasi," papar Wilson.

Keraguan lainnya adalah sampel yang diambil adalah bagian yang sudah diperbaiki dengan menggunakan kain biasa.

"Masalah lain adalah kain itu nyaris terbakar tahun 1532 dan asap kebakaran mengakibatkan banyak pengaruh. Semua faktor inilah yang memungkinkan penelitian karbon menjadi tidak akurat," tambah Wilson.

Lubang pergelangan tangan

Ian Wilson menambahkan penggunaan kain seperti kain kafan Turin itu jauh lebih populer pada abad-abad awal ketimbang pada abad pertengahan. Selain itu, bukti-bukti medis juga memperkuat teori Wilson.

"Memang pada jaman Yesus hidup, ribuan orang dihukum mati dengan cara disalib. Namun, berbeda dapam proses penyaliban Yesus adalah mahkota duri dan di atas kain kafan itu terdapat noda luka tusukan di sekitar kepala yang terluka," tandas Wilson.

Dan meskipun banyak lukisan yang menggambarkan Yesus dipaku pada telapak tangannya, namun kain kafan itu menunjukkan bahwa Yesus dipaku pada pergelangan tangannya.

Cara memaku pada pergelangan tangan, papar Wilson, adalah agar tubuh Yesus tetap bisa tergantung di kayu salib. Tapi bagaimana menjelaskan soal gambaran wajah yang diyakini banyak orang sebagai wajah Yesus di atas kain itu?

"Itu memang hal yang aneh. Kain kafan ini berperan sebagai cetakan negatif badan yang dibungkusnya. Sehingga mungkin Anda akan bertanya benarkan ada kebangkitan Yesus?" tukas Wilson.

Gereja Katolik selalu menolak untuk mempedebatkan soal keaslian kain kafan itu. Namun, Vatikan berharap antara 1,5 sampai 2 juta orang akan datang melihat kain itu. Paus Benedictus XVI direncanakan akan datang ke pameran pada 2 Mei mendatang.

Sebelum pameran digelar Uskup Turin Kardinal Severino Poletto menegaskan arti penting obyek suci bagi Gereja Katolik itu.

"Pameran kain kafan suci adalah sebuah peristiwa rohani dan keagamaan bukan gelaran wisata atau komersial," kata Kardinal Poletto.

Sementara itu Direktur Pusat Sindologi Internasional Turin Bruno Barberis, menegaskan keaslian kain tersebut.

"Banyak penelitian membuktian bahwa noda di atas kain itu adalah darah manusia bukan buatan pelukis. Gambaran yang ditinggalkan memang sebuah citra yang diakibatkan oleh jenazah yang sesungguhnya. Sehingga saya pikir, tingkat keaslian kain kafan ini sangat tinggi, " kata Barberis yang lembaganya giat meneliti soal kain kafan Yesus ini.

Pandangan ilmuwan

Meski demikian, sejumlah ilmuwan tetap meragukan keaslian kain kafan itu. Profesor Gordon Cook dari Pusat Riset Alam Universitas Skotlandia dengan tegas mengesampingkan teori bahwa kain itu telah banyak "terkontaminasi" tangan manusia mengganggu hasil penelitian karbon.

"Metode pra perawatan yang kami lakukan seharusnya mampu menyingkirkan kontaminasi itu," kata Prof Cook yang dikenal sebagai pakar penanggalan karbon.

"Perhitungan karbon kami lakukan di tiga laboratorium berbeda sehingga kami yakin kami telah melakukan perhitungan yang benar," tambah dia.

Satu-satunya pertanyaan saat itu, lanjut Cook, adalah apakah kain kafan itu sudah tercampur dengan kain yang usianya jauh lebih mudah atau tidak.

Sebagian besar ilmuwan yang melakukan penelitian tahun 1988 sudah pensiun atau meninggal dunia. Salah satu peneliti Dr Hans Arno Synal mengingat saat-saat penelitian saat itu dengan baik.

Hans Synal yang kini adalah kepala Laboratorium Fisika Ion Universitas Zurich sangat yakin penelitian tahun 1988 sudah memecahkan misteri.

"Kami sudah melakukan prosedur yang benar dan ketat. Jika ada kontaminasi manusia maka kami akan melihat perbedaan suhu saat kami melakukan pembersihan. Namun, tak ada perbedaan itu," kata Synal.

Soal kain yang digunakan untuk memperbaiki kain kafan, Synal yakin para ahli tekstil saat itu sudah memisahkan semua material yang akan mengganggu penelitian.

Pendeknya, Synal yakin kain kafan Turin adalah kain buatan abad ke-14 bukan kain kafan yang membungkus jenazah Yesus. Meski demikian dia menilai kain itu tetaplah sebuah artefak sejarah yang menarik.

"Kain itu sangat menarik, tidak masalah apakah usianya 2.000 atau 700 tahun. Jadi saya tidak akan menilai apa-apa bagi mereka yang tertarik melihat pameran kain itu. Mungkin saya juga akan pergi melihat. Mengapa tidak? Kain itu sebuah obyek sejarah," tandas Synal.

Soal mengapa sebagian besar orang tidak mau mengakui hasil penelitian itu, Synal memiliki pandangan sendiri.

"Sangat jelas bahwa kain itu bukan berasal dari masa Yesus hidup dan perdebatan soal kain kafan kemungkinan tak akan pernah berakhir. Selalu ada kelompok orang yang percaya bahwa kain itu memang kain kafan Yesus," kata Synal.
Read Post | comments

Kisah Pelarian Paling Misterius Dan Luar Biasa Dari Penjara Alcatraz


Kisah di bawah ini juga menjadi bagian dari mereka yang lari dari penjara dan menjadi fenomena heboh di Amerika yang memiliki penjara di tengah lautan bernama Pulau Alcatraz. Penjara Alcatraz yang terletak di San Fransisco adalah penjara yang juga diperuntukkan bagi terpidana yang juga dianggap kakap. Penjara ini juga terkenal dengan para terpidana yang berwatak keras dan juga tempat yang sulit untuk melarikan diri. 


Namun, ternyata segala kengerian dan kekerasan yang ada di Alcatraz masih bisa ditembus oleh tiga kawanan bandit yang fenomenal ini. Pada Juni 1962, trio bandit, Frank Morris, Clarence dan John Anglin ternyata telah menggunakan perencanaan yang cerdik dan cermat untuk melarikan diri dari penjara prototipikal ini. Ini mungkin menjadi satu-satunya upaya yang berhasil dan strategi handal yang terncana baik dengan waktu yang terukur untuk melarikan diri dari penjara. 

Alfred Anglin dan Clarence adalah dua bersaudara yang berasal dari Donalsonville, Georgia. Mereka berdua awalnya menjadi petani dan buruh. Mereka pertamakali ditangkap saat mulai merampok bank di Georgia pada tahun 1956. Clarence dan Anglin diberi hukuman 15-20 tahun dan dikirim ke Atlanta Lembaga Pemasyarakatan, dimana mereka pertama kali bertemu Frank Morris dan juga Allen Barat. Akibat beberapa pelanggaran kakak beradik ini sempat dipindah ke penjara Alcatraz, begitu juga yang dialami Frank Lee Morris, sosok penjahat kabuhan asli dari Washington, yang juga akhirnya dikirim ke Alcatraz. 

Morris menghabiskan sebagian besar tahun-tahun awal dan masa kecil di panti asuhan. Dia dihukum pertama pada usia 13, dan kemudian menginjak remaja telah ditangkap lagi atas kejahatan kepemilikan narkotika dan modus perampokan bersenjata. 

Sementara Allen Barat adalah satu-satunya dari empat konspirator yang akhirnya tidak berpartisipasi dalam melarikan diri dari penjara dan hanya trio bandit yang kabur. Sebab konon Allen tidak dapat membuka grill ventilator di selnya dalam waktu yang telah ditentukan. 

Pada bulan September 1961, Morris, Barat, dan saudara-saudara Anglin mengusahakan suatu rencana melarikan diri yang rumit. Pada bulan Mei, akhir 1962 Morris, Barat, dan Anglins telah selesai memotong beberapa bagian penting dari dinding sel mereka. Sebuah pelarian yang memang rumit dan sulit. 

Orang-orang nekat ini menggunakan serangkaian alat termasuk bor dan sebuah alat yang dirakit dari penyedot debu yang digunakan untuk menjauh dari motor chip yang menempel di beton sel yang memang cukup ketat. Dari sini mereka bisa masuk ke sebuah lubang ventilasi melalui salah satu koridor utilitas belakang sel dan mencapai bagian atas atap. 

Langkah ini kemudian membuat mereka bisa menuruni atap melalui cerobong asap ke pantai, dimana mereka dengan cepat mengumpulkan rakit buatan tangan dan bahan seadanya dan melarikan diri ke San Fransisco Bay atau pantai San Fransisco. Dalam versi lain menyebut bahwa mereka bisa mendapatkan perahu karet sederhana yang bisa digunakan lari. Pelarian mereka memang berhasil dan tidak tidak disadari atau diketahui oleh petugas jaga hingga keesokan paginya. 

Para petugas penjara baru tahu, ketika melihat orang-orangan yang dibuat oleh trio bandit ini untuk mengelabui. Sebuah kepala boneka dari sabun, rambut manusia yang telah sengaja dikumpulkan, ditambah kertas toilet. Ini semua dilakukan agar terlihat seolah mereka tidur di tempat tidur mereka masing-masing. Langkah ini mampu mengelabui petugas yang menginspeksi penjara malam hari. 

Para petugas penjara baru tahu, ketika melihat orang-orangan yang dibuat oleh trio bandit ini untuk mengelabui. Sebuah kepala boneka dari sabun, rambut manusia yang telah sengaja dikumpulkan, ditambah kertas toilet. Ini semua dilakukan agar terlihat seolah mereka tidur di tempat tidur mereka masing-masing. Langkah ini mampu mengelabui petugas yang menginspeksi penjara malam hari. 

Pada hari yang sama, Polisi terus melakukan pencarian para buronan licik ini di sekitar Alcatraz dan Pulau Bidadari meski tanpa keberhasilan. Hingga pada tahun 1962 itu, ketiga bandit itu akhirnya masuk dalam daftar dan sebagian List FBI Wanted. 

Memang, masa berikutnya kabar trio bandit itu tidak pernah terdengar lagi, dan konon banyak bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka tenggelam di teluk, meskipun tidak ada juga bagian tubuh yang pernah ditemukan. 

Sebuah versi penyelidikan lain mengungkapkan bahwa narapidana melarikan diri dari pulau dengan membuat lubang di bangunan untuk sampai ke atap selama jangka waktu yang panjang dengan menggunakan benda-benda umum. Mereka kemudian memanjat pagar penjara dan akhirnya membuat rakit yang terbuat dari jas hujan standar penjara dan semen kontak, meluncurkan rudal itu dari pantai timur laut dari pulau. 

Tidak diketahui apa yang terjadi setelah narapidana meluncurkan rakit. Penyelidikan pelarian trio bandit ini juga sempat dilakukan oleh Biro Investigasi Federal, dimulai pada tanggal 11 Juni 1962. Secara teori, tiga narapidana bisa singgah ke Pulau Bidadari, tetapi FBI menyatakan bahwa suhu air dingin dan arah pasang surut laut membuat peluang selamat yang kecil bagi mereka. FBI juga menyatakan bahwa rencana dari tahanan untuk mencuri pakaian dan mobil begitu mereka mencapai sampai di daratan, juga tidak ada laporan pencurian mobil atau pakaian yang disampaikan berbagai warga di daerah tersebut. Kasus ini sempat ditutup oleh FBI pada tanggal 31 Desember 1979 setelah penyelidikan selama 17 tahun. 

Meski hingga akhir September 2009, kasus tersebut masih terus diteliti dan diselidiki oleh US Marshall Service, dengan sebuah pernyataan, "Ada surat perintah aktif dan Layanan Marshall tidak menyerah untuk mencari orang," katanya. Yang menjadi masalah hingga sekarang jejak kematian atau hidupnya trio bandit ini tidak ada. 
Read Post | comments
 
© Copyright Panitia Hari Kiamat 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.