Tim ekonomi Presiden AS Barack Obama ternyata dikontrol oleh elit-elit “skull and Bones“. Organisasi rahasia tersebut bahkan disinyalir banyak berperan atas kemenangan Obama waktu dalam pemilu AS.
Hal ini cukup mengejutkan dunia bahkan masyarakat AS sendiri. pasalnya, sebelumnya Obama dikenal anti kebijakan ekonomi dan politik Bush, sedangkan semua tahu, George W Bush adalah anggota aktif Organisasi “bajak Laut” tersebut.
Beberapa media yang memuat berita diatas :
http://www.rense.com/
www.economicpopulist.org
www.deepjournal.com
thesyndrome.com
Apa itu Skull and Bones ?
Perkumpulan Skull and Bones – yang juga dikenal dengan nama-nama The Order of Death (Ordo Kematian), The Order, The Eulogian Club, dan Lodge 322 – dibentuk oleh jenderal William Huntington Russell bersama Alphonso Taft pada 1832 sekembalinya dari Jerman dan diyakini sebagai “Senior Fraternities” dari beberapa perkumpulan rahasia lain di Universitas Yale, seperti Phi Beta Kappa yang didirikan pada 1780, Scroll and Key (1841), Wolf’s Head (1883), Book and Snake (1903), dll.
Bagi sebagian orang yang sudah biasa memperjuangkan dan meneriakkan nilai-nilai modern atau demokrasi (rasionalitas, keterbukaan, kebebasan, dsb.) yang sepenuhnya didukung dan disubsidi negara adidaya ini mungkin tidak percaya bahwa negara yang diklaim sebagai religius (Kristen Protestan), pemuja rasionalitas, dan konon memiliki konstitusi yang paling modern dan demokratis di dunia ini justru dibelakangi sendiri para penguasa dan elit-elit lainnya.
Tentu karena berangkat dari prinsip rasionalitas dan demokrasi itu pulalah tulisan ini berupaya untuk membongkar perkumpulan “mafia” orang nomor satu di AS ini.
”Si Bones” dan Konflik Dunia
Pada periode pertama pemerintahan Bush, dilaporkan ada 11 Bones yang menduduki Gedung Putih. Mereka adalah; Evan Griffith Galbraith, William H. Donaldson, George Herbert Walker III, Jack Edwin McGregor, Victor Ashe, Roy Leslie Austin, Robert McCallum, Jr., Rex Cowdry, Edward E. McNally, David Batshaw Wiseman, dan James Emanuel Boasberg.
Sementara, para anggota Kongres sekarang yang berasal dari dark klan ini adalah Thomas W. L. Ashley, Jonathan Brewster Bingham, David, Frank B. Brandegee, James Buckley, Prescott Bush, John Chaffee, LeBaron Bradford Colt, John Sherman Cooper, Chauncey Depew, William Maxwell Evarts, Orris S. Ferry, John Forbes Kerry, John Heinz, Thurston Ballard Morton dan Robert A. Taft I.
Ada ribuan kaum Bones lain, baik yang teridentifikasi ataupun yang tidak, yang telah menduduki dan mengontrol AS yang selama ini dipuja-puja kaum intelektual kita. Hakim tertinggi AS periode 1985-1981, Potter Stewart, juga seorang Bones; pendiri FedEx, Frederick W. Smith; pendiri majalah Time Henry Luce; para penulis seperti Archibald MacLeish, John Hersey, William F. Buckley Jr. dan anaknya, Christopher Buckley.
Skull and Bones yang memiliki asal-usulnya ke sebuah ordo yang pernah menghebohkan Eropa tiga abad yang lalu tentu hanya salah satu bab dari secret societies yang telah lama diketahui menguasai negeri Indian ini.
Keanggotaan Skull and Bones, seperti yang dilaporkan sebuah majalah alumni Universitas Yale, Old Yale (September-October 2004), dipilih sekali setahun hanya 15 orang dengan salah satu kriteria pentingnya adalah pernah melakukan kejahatan.
For a long time it was denied that Prescott Bush, George H W Bush and current U.S. President George W Bush are all ‘old school’ members of the Skull and Bones chapter 322. In recent years, the mainstream media has acknowledged this to be the case and photographs such as we see here (taken 1947) have become widely circulated, indeed a picture tells a thousand words.
The ridiculously staged 2004 US Presidential elections brought much light to such facts, when both major running candidates (J.F. Kerry and G.W. Bush) were both Skull and Bones members, ‘tapped’ in the late sixties.
Of course, now that we have the general acknowledgement of known members pervading top positions of U.S. politics, the inevitable spin is implanted that ‘Oh, these are just silly men blowing off steam… it doesn’t mean anything sinister”.
Nah, bagaimana pula dengan beberapa perkumpulan lain baik yang terdapat di Yale maupun di berbagai universitas Amerika lainnya? Bila salah satu nama (Ordo Kematian) dan lambang klan ini saja menyeramkan bisa dibayangkan – tanpa perlu melakukan investigasi mendalam ke dalam ruang pertemuannya tersebut – bagaimana ritus dan seremoninya atau apa saja aksi, misi, operasi dan agendanya, tentu jauh lebih mengerikan.
Satu hal yang mengagetkan adalah bahwa calon anggota (initiate) Skull and Bones, sebagaimana yang dibocorkan salah seorang anggotanya yang hengkang kepada seorang peneliti wanita, Alexandra Robbins, yang didokumentasikan ke dalam bukunya Secrets of the Tomb (2003), setidaknya harus menggali kuburan dan mengambil tengkorak dan beberapa kerangka salah satu keluarganya dan disajikan sebagai kado buat persaudaraan klan ini (Wikipedia, 2005). Karena itulah, nama gedung pertemuannya ini saja, yang tidak berjendela, disebut sebagai “Tomb” (Kuburan, Pusara).
Hebatnya, kaum Bones juga menyebut diri mereka sebagai “Knights” (Kasatria) dan menyebut orang lain sebagai “Barbarians” (Kaum Biadab). Tentu, masih segar di ingatan kita kata-kata yang muncul dari mulut Bush sejak ia mendeklarasikan “War against Terrorism.” Bahkan, kata “crusade” yang pernah dilontarkannya memperkuat teori bahwa ordo ini bagian langsung dari perkumpulan rahasia Jerman, Illuminati Bavaria, yang menjadi struktur penting dalam Freemasonry, sebuah perkumpulan rahasia terbesar dunia yang bermetamorfosa dari Knights Templars (pasukan elit pada masa Perang Salib). Dalam pada itu, relevansi perkumpulan “bajak laut” presiden Bush ini dalam konteks politik global yang terus memanas sekarang ini adalah memahamai perannya dalam konflik yang diciptakan. Kebijakannya berangkat dari filsafat dialektik-Hegelian yang menyatakan bahwa konflik akan menciptakan sejarah. Karena itu, menurut Prof. Sutton, perkumpulan “bajak laut” ini gemar menciptakan perang dan revolusi. (Sutton, 2002: p. 117). Misalnya, Perang Opium di China, Perang Dunia Kedua, Peristiwa G30/SPKI, Vietnam Utara-Selatan, Iraq-Iran, Perang Teluk 1991 (Iraq-Kuwait), dan konflik sektarian antara Sunni-Syiah di Iraq saat ini. Aksioma dialektika, kata profesor yang berkali-kali diterror karena karyanya ini, menegaskan bahwa “konflik yang dikontrol” (controlled conflict) dapat menciptakan sejarah yang telah dirancang, diskenariokan.
Dalam terminologi Hegel, kekuatan yang ada (tesis) akan menyebabkan kontra kekuatan (anti-tesis). Hasilnya, konflik antara kedua kekuatan diperlukan untuk menciptakan sebuah sintesis. Jelas sekali, teori politik adu domba, atau pola kolonial divide and conquer, ini juga menjadi skenario Zionis yang mengakibatkan perang sipil mengerikan di Libanon pada 1980-an.
Odet Yinon, wartawan Israel yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Departemen Luar Negeri negara Yahudi ini, dalam tulisannya “A Strategy for Israel in the Nineteen Eighties” (Kivunim/Directions, No. 14, February 1982), menjelaskan bahwa ada dua premis pokok yang bisa diciptakan dengan pola Hegelian yang akan menjadi agenda negara Israel untuk menaklukkan kawasan Timur Tengah.
Pertama, Israel akan menjadi kekuatan imperial regional; dan kedua, posisinya harus mampu mempengaruhi pembagian seluruh kawasan tersebut ke dalam negara-negara kecil dengan membubarkan semua negara-negara Arab yang ada.
Yang dimaksud ‘kecil” di sini terikat pada komposisi ethnik dan sektarian dari setiap negara. Oleh karena itu, harapan Zionis adalah bahwa negara-negara berdasarkan sektarian ini akan menjadi satelit-satelit Israel dan, ironisnya, (juga) akan menjadi sumber legitimasi moralnya. Jadi, teori konspirasi (bertitik tolak dari hukum kausalitas) yang tidak dipercayai beberapa intelektual Muslim kita yang amat potensial sudah seharusnya merevisi pola pikir dan posisinya.
Orang seperti Franklin Delano Roosevelt / FDR (presiden AS ke-32, 1933-1935), seorang Mason yang paling berpengaruh, pernah mengungkapkan, “In politics, nothing happens by accident. If it happens, you can bet it was planned that way.” Sosok Republik Amerika (dan barangkali negara-negara Eropa lainnya) yang modern, demokratis dan terbuka sebenarnya hanya ada di tampilan luarnya, perangkat tekhnologi canggih yang diciptakannya, buku, media, dan seterusnya.
Sementara, prilaku, keyakinan, dan way of life-nya sesungguhnya masih tetap seperti masyarakat manusia di zaman purbakala. Akhirnya, eksistensi perkumpulan “bajak laut” AS yang sudah tua ini dan lusinan klan-klan hitam rahasia lainnya yang telah membangun struktur peradaban Barat, sekali lagi menjustifikasi pidato dan ceramah para pemimpin Muslim militan di lingkungan komunitasnya yang sering mengatakan bahwa Barat adalah sebuah “peradaban Setan” (demonic civilization).
Oleh karena itu, di tengah maraknya diskusi saat ini mengenai masa depan hubungan Barat-Islam –yang juga pernah dipicu oleh kasus publikasi kartun nabi Muhammad s.a.w. beberapa waktu yang lalu– ada baiknya kita juga harus mengerti, memahami, lebih banyak tentang fakta-fakta di balik layar yang tidak banyak diekspos ke publik.
Karenanya, ketajaman kita melihat sesuatu kelak akan bisa mengetahui, siapa kawan, siapa lawan, siapa teman, dan siapa pula sesungguhnya sang perompak dunia yang gemar menaklukkan wilayah-wilayah jajahan.
0 comments:
Post a Comment