Saturday, December 24, 2011
Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi secara terus menerus di dunia hampir mencapai 7 miliar jiwa mengancam keterbelangsungan hidup manusia. Masyarakat diminta sadar bahwa angka populasi penduduk sedemikian ialah tanda bahaya bagi dunia mendatang termasuk Indonesia.
Menurutnya, dalam perhitungan yang dilakukan Perserikatan Bangsa – bangsa, penduduk dunia bakal menjadi 7 milyar jiwa pada tahun 2011 ini. Indonesia sebagai negara penyumbang populasi penduduk terbesar keempat didunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dengan 237,6 juta orang di 2010 (Sensus Penduduk,2010). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,49 persen per tahun, yang berarti setiap tahunnya indonesia mengalami pertambahan jumlah penduduk 3,5 juta hingga 4 juta orang. Sungguh Angka yang luar biasa.
Bertambahnya populasi penduduk di Indonesia dikarenakan banyak sekali faktor diantaranya adalah pelaksanaan program Keluarga Berencana yang semakin lemah, bisa dilihat pada ketersediaan petugas lapangan Keluarga Berencana hanya 24ribu orang dengan ideal untuk Indonesia sebanyak 41ribu orang. Akibatnya, Populasi penduduk Indonesia tahun 1920 tercatat sebanyak 49,3 Juta Jiwa, dan pada tahun 1960an penduduk indonesia mencapai 90juta jiwa, nyaris berlipat ganda dalam kurun waktu 30 tahun.Selain itu, pertambahan populasi penduduk Indonesia kembali melonjak tajam pada abad 21 meroket sebanyak 237,6 juta jiwa berkisar pertambahannya 30 juta jiwa per sepuluh tahun.
Bertambahnya penduduk secara signifikan ini menyebabkan ketersediaan pangan di dunia termasuk Indonesia semakin menipis dan tidak khayal jika Dunia nanti salah satunya Indonesia akan mengalami Krisis pangan dan berakibat bahaya Kelaparan mengintai diseluruh antero Negri.
Banyak hal yang menyebabkan krisis pangan terjadi antara lain adalah Pertambahan penduuk yang semakin banyak, kerusakan lingkungan dimana- mana, konversi lahan dan penurunan kualitas lahan pertanian, perubahan pola konsumsi serta kebijakan lembaga keuangan internasional dan negara maju turut menjadi penyebab krisis pangan terjadi nantinya.
Tidak mustahil jika Indonesia akan mengalami sama halnya dengan Negara Haiti yang menjadi salah satu negara krisis pangan dengan penghasil beras produksi 170.000 ton beras per tahun ( mencukupi 95% kebutuhan domestik ) masih mengalami krisis pangan, Indonesia diprediksi akan mengalami krisis pangan tersebut pada tahun 2017 di 150 kabupaten/kota dari 480 kabupaten /kota di Indonesia melihat populasi penduduk yang menjadi 237 juta jiwa per 2010 serta melihat peristiwa yang terjadi di indonesia mengenai kelangkaan kedelai pada awal 2008, serta impor beras dan gula begitu juga dengan komoditi pangan lainnya yaitu melonjaknya harga daging yang diikuti lenyapnya daging sapi pada februari 2008 merupakan pertanda bahwa Indonesia belum berdaulat dibidang pangan.
Kondisi Saat ini di Indoneia adalah dalam hal kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri, relatif telah dan sedang menurun sangat besar, Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negeri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandiriaan dibidang pangan serta pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan “Rawan Pangan” bukan karena tidak adanya pangan tetapi karena pangan untuk rakyat indonesia sendiri sudah tergantung dari Supply luar negeri dengan ketergantungannya semakin besar.
Malu jika Indonesia sebagai negara yang konon katanya kaya akan segalanya masih mengalami krisis pangan serta Impor untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri sendiri dengan mengimpor secara besar – besaran yaitu Beras 2juta ton,kedelai 1,2 juta ton,Kacang tanah 800 ribu ton, gandum 5 juta ton serta sapi 600ribu ekor dalam hitungan per tahunnya di tahun 2010 saja.
Selain itu kebijakan atau program peningkatan ketahanan pangan dalam Pembangunan pertanian tercantum pada RPJMN ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ) 2005 – 2009 saya kira gagal dengan melihat kondisi program ketahan pangan,peningkatan kesejahteraan petani belum begitu nyata terjadi dan terlaksana di Indonesia, hal yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah menyontoh atau belajar dari stretegi pembangunan pertanian dan pengalaman negara lain seperti Ethiophia berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan petani, Vietnam dan India dengan pembangunan Infrastruktur pedesaan sebagi penunjang ketahanan pangan sehingga Indikasi dengan melakukan hal tersebut akan meminimalisir terjadi Krisis Pangan di Indonesia tercinta.
Perubahan-perubahan besar di Indonesia (1908, 1928, 1945, 1965, 1998) selalu di awali dengan krisis pangan, lebih tepatnya krisis beras. Pada saat rakyat kecil tertindas oleh sistem yang kapitalistik dan fasis, rakyat masih bisa bertahan manakala mereka masih bisa memperoleh beras untuk makan. Tapi ketika mereka kelaparan akibat beras dan subsitusinya sudah tak bisa diperoleh lagi dengan mudah, mereka akan mengamuk kepada Negara. Nah, kalau benar tahun 2017 akan ada krisis pangan (terutama akibat terjadi de-agrikulturisasi di Indonesia), dimana produski pangan (terutama beras) menurun drastis sementara jumlah penduduk bertambah, maka siap-siap saja mereka mengamuk (amook) menuntut disediakan beras. Selama ini, Pemerintah mencoba menutupinya dengan impor beras besar-besaran dari Thailand dan Vietnam. Tapi manakala terjadi bencana banjir di kedua negeri itu, mereka pun mulai menolak permintaan impor beras oleh Indonesia. Saat ini, Pemerintah berupaya mengimpor dari India.
Pertanyaannya, sampai kapan pemerintah RI bisa menutupi defisit produksi beras nasional dengan jalan impor beras besar-besaran seperti itu? Sampai tahun 2014? Bagaimana masa sesudah itu? Apa ada dana APBN yang cukup untuk mengimpor dari luar negeri? Kalau pun ada devisa, masalahnya adalah apakah cadangan beras di pasar internasional cukup tersedia untuk dibeli? Bagaimana kalau stock beras dunia ikut kosong akibat krisis iklim dan efek pemanasan global belakangan ini? Kalau ramalan akan terjadi krisis pangan ternyata benar, khususnya beras tahun 2017 itu, maka bukan tidak mungkin, setahun kemudian (2018), akan terjadi gerakan massa besar yang bisa menuju revolusi kedua. Dan, tahun 2018 itu, hitung-hitungan waktunya dengan kejadian besar terakhir, Reformasi 1998, memang sudah pas 20 tahun. Asal tahu aja, ada tahyul politik di Indonesia yang setengah dipercaya banyak orang, bahwa Negara ini akan mengalami pergolakan besar dalam setiap periode 21 tahunan!