Napoleon Bonaparte memang sang penakluk, sebelum ia dikalahkan secara menyakitkan oleh Inggris. Tak hanya Eropa, namun di Afrika pun jejak Napoleon terlihat.
Saat Napoleon ingin menaklukkan Mesir (sebelumnya ia berhasil merebut Malta), Napoleon bercita-cita ingin melakukan “pencerahan”. Sebagai penguasa de facto, ia pun mengumpulkan para tokoh lokal di masjid. Laman Napoleon.org menyebutkan pergolakan sempat terjadi pada masa awal penjajahan Napoleon, tepatnya di Kairo pada 21-22 Oktober 1798.
Napoleon berusaha merebut hati para syekh untuk mendukung kekuasaannya di tanah Mesir. Laman napoleon.org juga menyebutkan, kedekatan sang kaisar dengan Islam ternyata terdokumentasikan dengan baik. Ia mengaku mengagumi Nabi Muhammad saw. Tak hanya itu, Napoleon konon mempelajari sungguh-sungguh sejumlah surat dalam Alquran.
Namun, hal sama juga dilakukan Napoleon terhadap penganut Koptik dan Kristen Mesir. Konon, kedekatannya dengan Kristen adalah untuk alasan pragmatis yaitu meredam amuk massa. Disebutkan di laman tersebut, “ketidakpercayaannya pada konsep Trinitas menyebabkan ia mengadopsi monotheisme, yang tentu saja prinsip ini tidak jauh dari ajran Islam”.
Apakah Napoleon pemeluk Islam? Ini masih kontroversi, apalagi jika kita tidak membaca langsung beberapa sumber literatur seperti buku Satanic Voices - Ancient and Modern karya David Musa Pidcock atau Bonaparte and Islam atau versi Prancisnya, Bonaparte et Islam, tulisan Christian Cherfils.
Dalam laman tanya-jawab komunitas yahoo.com, seorang penanya dengan nama maya Green Bird mengutip ucapan Napoleon, “ Musa telah mengungkap keberadaan Tuhan kepada bangsanya. Yesus Kristus kepada dunia Romawi, dan Muhammad kepada benua kuno” (Bonaparte et Islam halaman 105).
Berikutnya Greenbird mengutip halaman 125, “Semoga saja waktunya tepat ketika saya mampu menyatukan semua kebajikan dan mendidik bangsa di seluruh negeri serta mendirikan rezim bersama berdasarkan prinsip dalam Alquran, satu-satunya yang benar dan bisa menuntun manusia kepada kebahagiaan”.
Konon para ahli berdebat mengenai isu agama yang dianut sang kaisar. Ia menunjukkan toleransi sedemikian besar terhadap Muslim selama berupaya menaklukkan Mesir. Namun, Jenderal Dupuy yang mendampingi Napoleon, mengaku -sesaat setelah wafatnya Paus Pius VI- bahwa semua itu dilakukan Napoleon demi kepentingan politik.
“Kami mengelabui orang Mesir itu dengan berpura-pura berminat terhadap agama mereka. Baik Bonaparte atau kami tak ada yang percaya pada agama ini (Islam) ketimbang agama yang dibawa Pius yang sudah wafat ini,” tulis Wikipedia.com yang mengutip tulisan Napoleon I halaman 94, karya Jacques Bainville. Jadi? Wallahu a’lam bissawab.
0 comments:
Post a Comment