Perang elektronik Iran dan Amerika Serikat dalam kasus perampasan pesawat pengintai tanpa awak Amerika Serikat,
berakhir dengan kemenangan Republik Islam Iran. Ini membuktikan bahwa peringatan para pejabat keamanan dan militer Iran kepada musuh, serius, faktual, dan tidak dapat dianggap remeh.
Pekan lalu, pesawat pengintai RQ170, atau Sentinel, atau yang disebut dengan Beast of Kandahar, terperangkap dalam jebakan sistem pertahanan elektronik udara Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran. Kontrol pesawat tersebut berhasil direbut dari tangan militer Amerika Serikat dan sukses didaratkan dengan tingkat kerusakan minimum.
Setelah tersebarnya berita perampasan pesawat itu, para pejabat Amerika Serikat langsung mengerahkan mesin-mesin propagandanya dalam rangka meremehkan keberhasilan Iran tersebut
---------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------
atau bahkan berusaha menafikannya. Namun, penayangan video pesawat RQ170 melalui televisi nasional Iran, mengakhiri seluruh propaganda Amerika Serikat dan Barat.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Kipord:
--------------------------------------------------------------------------------------------
atau bahkan berusaha menafikannya. Namun, penayangan video pesawat RQ170 melalui televisi nasional Iran, mengakhiri seluruh propaganda Amerika Serikat dan Barat.
Iran Telah Identifikasi Seluruh Pesawat Musuh Setahun Lalu
Mungkin ketika seorang pejabat urusan perang elektronik di Pangkalan Pertahanan Udara Khatamul Anbiya, dalam manuver Velayat 3, kepada para wartawan mengatakan bahwa hanya melalui hidupnya motor pesawat musuh, Iran mampu mengidentifikasi jenis pangkalan komando pesawat itu, para pejabat Kementerian Pertahanan Amerika dan Dinas Intelijen Amerika (CIA), tidak menganggap serius pernyataan tersebut.
Pejabat Pangkalan Pertahanan Udara Khatamul Anbiya itu menegaskan bahwa tugas divisi yang dipimpinnya adalah menguasai dan mengontrol gelombang-gelombang elektro-magnetik.
Pada hakikatnya, pengambil alihan pesawat pengintai moderen Amerika Serikat itu sendiri menunjukkan bahwa Republik Islam Iran tidak pernah sekedar mengklaim atau bluffing saja. Melainkan, seperti yang dikemukakan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Brigjen Sayid Hasan Firuzabadi, Republik Islam Iran telah mencapai kemampuan teknis dan persenjataan yang bahkan tidak terbayangkan oleh musuh.
Sistem Pertahanan Udara Iran di Garis Depan
Kebiasaan Amerika Serikat untuk meremehkan peringatan Republik Islam Iran itu bukan hanya terbatas pada satu kasus saja.
Mereka tidak memperhatikan pernyataan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran dalam sebuah pidatonya yang mengkonfirmasikan operasi pertahanan udara Republik Islam. Pada akhirnya keberhasilan Republik Islam dalam merampas RQ170, menjadi tragedi besar bagi militer Amerika Serikat. Bahkan menurut seorang pengamat di institut Brookings, menilai rampasan tersebut sebagai "harta karun" bagi Republik Islam.
Tahun lalu, para pejabat militer Iran juga mengkonfirmasikan bahwa Iran telah mengontrol zona udaranya hingga ketinggian 5.000 kilometer.
Sistem Pertahanan Udara Iran Dapat Menandingi Sistem Dunia
Para pejabat Amerika Serikat juga mungkin tidak terlalu menilai penting pernyataan Panglima Pangkalan Udara Khatamul Anbiya dua tahun lalu, Brigjen Miqati, bahwa "upgrade sistem pertahanan Republik Islam Iran, terus meningkat dan berada pada titik prima serta dapat menandingi sistem yang beredar di dunia saat ini."
Operasi perampasan pesawat pengintai Sentinel itu sekaligus membuktikan bahwa militer Amerika Serikat dan Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak mampu mengukur kemampuan pertahanan Iran bahkan di tingkat rendah. Dan tidak jelas sampai kapan mereka akan mampu menjajaki kemampuan pertahanan Iran.
Kekhawatiran AS atas Penggandaan Teknologi RQ170
Pasca tragedi RQ170 itu, para pejabat Amerika Serikat kini mengkhawatirkan aksi penggandaan teknologi pesawat moderen itu.
Kekhawatiran itu pada hakikatnya hanya bagian kecil dari kekhawatiran utama mereka yaitu peningkatan kemampuan Republik Islam Iran dalam perang elektronik atau dalam memproduksi pesawat-pesawat pengintai yang hingga kini belum diproduksi.
USA Today dalam hal ini menulis bahwa pesawat pengintai yang dirampas Iran, karena beberapa faktor, tidak mungkin untuk dikopi.
Pengungkapan masalah tersebut secara otomatis merefleksikan kekhawatiran mendalam Amerika Serikat atas kemampuan penggandaan teknologi oleh Iran. Mantan menteri Pasdaran Iran, Mohsen Rafiqdust, pada masa Perang Pertahanan Suci dalam melawan agresi rezim Baats Irak, mampu membuktikan kemampuan penggandaan teknologi.
Poin berikutnya adalah para pejabat CIA mengetahui bahwa Iran telah membuktikan kemampuannya di bidang perang elektronik, maka sudah seharusnya Republik Islam memiliki kemampuan yang tak terbayangkan di bidang penggandaan.
0 comments:
Post a Comment