Perkumpulan rahasia merupakan bahan yang bagus untuk pembuatan novel laris seperti The Da Vinci Code. Namun kenyataannya sekarang ini sedikit orang yang tertarik dengan rahasia mereka --misalnya organisasi Freemason-- dan di Selandia Baru jumlah anggotanya sekarang adalah yang paling sedikit sepanjang sejarahnya.
Pada masa tahun 1960-an jumlah anggota mencapai puncaknya, yaitu hampir 47.000. Sekarang kurang dari 11.000.
Grand Master Freemason Selandia Baru, Stan Baker, mengatakan, meskipun ada anggota baru, jumlahnya tidak melebihi jumlah anggota yang mati atau terkena tekanan waktu zaman sekarang ini.
Saya kira saya bisa mengatakan bahwa ayah mungkin tidak akan pernah mengganti popok dalam hidupnya." katanya. Tak ada pemuda yang sudah berkeluarga ikut organisasi semacam itu sekarang ini.
Penurunan jumlah itu tetap terjadi, meskipun Freemason yang dikenal dengan kegiatan kemanusiaan dan pemberian sumbangannya, berusaha meningkatkan citra mereka dengan mengundang publik dan media ke pertemuan-pertemuan cabang mereka di tahun 2004. Dan Freemason tetap menjadi perkumpulan yang menyimpan rahasia.
Richard Clements, mantan Master Mason yang sekarang menjadi pembaptis di gereja, keluar dari organisasi itu karena upacara ritualnya dan memperingatkan orang lain agar tidak mengikutinya.
"Beberapa janji dan sumpah yang harus Anda ucapkan sebenarnya cukup mengerikan," katanya. "Yang sebenarnya sangat terperinci, detil, dan sangat haus darah."
Sejarawan Peter Lineham mengatakan, Freemasonry memiliki pengaruh yang signifikan dalam sejarah Selandia Baru --dalam bisnis dan politik. Bahkan beberapa Perdana Menteri terakhir adalah anggota Freemason.
"Saya rasa, tiga di antaranya yang harus disebut, yaitu Massey, Holland dari era 1950-an dan Holyoake dari era 60-an," kata sejarawan Peter Lineham.
Semasa pemerintahan Sir Keith Holyoake, gedung parlemen baru dirancang --awalnya dirancang di belakang selembar lap pembersih tangan oleh arsitek Inggris Basil Spence ketika ia makan malam dengan Holyoake. Bentuk bangunannya adalah sarang lebah--sebuah simbol dalam perkumpulan kebatinan.
Lagu kebangsaan Selandia Baru ditulis oleh seorang Freemason. Meskipun anggota perkumpulan kebatinan jumlahnya mungkin rendah saat ini dan hanya ada 2 anggota parlemen yang menjadi anggotanya, ia masih memiliki akar kuat di Selandia Baru.
Di Selandia Baru, Freemason diperkirakan memiliki properti dan investasi sebesar lebih dari $300 juta.
0 comments:
Post a Comment